www.lipat.com

Senin, 31 Maret 2014

KESENIAN ASLI KOTA BLORA " BARONGAN "

Kesenian barongan bersumber dari hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmarabangun/Pujonggo Anom dan Singo Barong. “Prabu Klana Sawadana dari Kabupaten Bantar Angin jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka diperintahkanlah Patih Bujangganong/Pujonggo Anom untuk meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang dipimpin oleh 4 orang perwira diantaranya: Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih, dan Kuda Sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit Bantar Angin dihdang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan. Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua prajurit dari Bantarangin dpat ditaklukan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Kaan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama lurah Noyotoko dan Untub juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus Raden Panji untuk melamar Dewi Sekar Taji. Namun setelah sampai di hutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya untuk melanjutkan perjalanan, namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Namun nyontoko dan Untub merasa kewalahan sehingga mendatangkan saudara seperguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukan dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal disumbari ia dapat hidup kembali. Kemudian peristiwa itu dilaporkan ke Raden Panji, kemudian berangkatlah Raden Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada saat yang bersamaan Adipati Klana Sawedonojuga menerima laporan dari Bujangganong (Pujang anom) yang dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa malu amarah Raden Klana Sawedana mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa pecut Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong. Setelah sampai di hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawedana melawan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa pecut Samandiman. Singo Barong kena pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.


Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawedana kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai alun-alun Kediri pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud melamar Dewi Sekartaji. Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawedana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud membela Adipati Klana Sawedana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi manusia (Gembong Amijoyo) lagi. Akhirnya Singo Barong takluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin. Kemudian rombongan itu dipimpin oleh Raden Panji perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana ark-arakan yang dipimpin Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang keberadaan kesenia Barongan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar