Kesenian barongan bersumber dari hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang
diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji
Asmarabangun/Pujonggo Anom dan Singo Barong. “Prabu Klana Sawadana dari
Kabupaten Bantar Angin jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja
Kediri, maka diperintahkanlah Patih Bujangganong/Pujonggo Anom untuk
meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang
dipimpin oleh 4 orang perwira diantaranya: Kuda Larean, Kuda Panagar,
Kuda Panyisih, dan Kuda Sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan
Prajurit Bantar Angin dihdang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari
Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan.
Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit.
Semua prajurit dari Bantarangin dpat ditaklukan oleh Singo Barong, akan
tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati
Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Kaan Raden Panji
Asmara Bangun dari Jenggala bernama lurah Noyotoko dan Untub juga
mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus Raden Panji untuk melamar Dewi
Sekar Taji. Namun setelah sampai di hutan Wengker, Noyontoko dan Untub
mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya untuk
melanjutkan perjalanan, namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah
peperangan. Namun nyontoko dan Untub merasa kewalahan sehingga
mendatangkan saudara seperguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung
Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukan dan dibunuh. Akan
tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal
disumbari ia dapat hidup kembali. Kemudian peristiwa itu dilaporkan ke
Raden Panji, kemudian berangkatlah Raden Panji dengan rasa marah ingin
menghadapi Singo Barong. Pada saat yang bersamaan Adipati Klana
Sawedonojuga menerima laporan dari Bujangganong (Pujang anom) yang
dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa malu amarah Raden Klana
Sawedana mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa pecut Samandiman dan
berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong. Setelah
sampai di hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak
terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawedana
melawan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa pecut
Samandiman. Singo Barong kena pecut Samandiman menjadi lumpuh tak
berdaya.
Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawedana kekuatan Singo
Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau
mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai
alun-alun Kediri pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji
yang juga bermaksud melamar Dewi Sekartaji. Perselisihanpun tak
terhindarkan, akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana
Sawedana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud membela
Adipati Klana Sawedana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah
wujud lagi menjadi manusia (Gembong Amijoyo) lagi. Akhirnya Singo Barong
takluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit
berkuda Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin. Kemudian rombongan itu
dipimpin oleh Raden Panji perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji.
Suasana ark-arakan yang dipimpin Singo Barong dan Bujangganong inilah
yang menjadi latar belakang keberadaan kesenia Barongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar